Tim Densus 88
menggiring satu dari tiga tersangka teroris yang akan diterbangkan ke Jakarta,
dari Mako Brimob Polda Sumut, di Medan. (sumber: Antara)
Hal ini dikatakan Ketua BNPT, Ansyad Mbai saat berbicara dalam diskusi bertema “Catatan Akhir Tahun 2013 Penanganan Terorisme dan Antisipasi Potensi Aksi Radikal Terorisme di Tahun 2014” di Jakarta Pusat, Kamis (19/12). Turut hadir Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Agus Surya Bahkti, Deputi Kerjasama Harry Purwanto, dan Deputi Penindakan Arief Dharmawan.
“Kalau dikristalkan, kelompok (yang ada saat ini) adalah kelompok Abu Omar. Abu Omar ini bukan JI dan JAT tapi dia NII meski antara ketiganya juga bukan terlalu beda karena JI itu sempalan NII. Buktinya Abu Bakar Baasyir (pernah) dalam posisi Menteri Kehakiman NII waktu dia membentuk JI. Abdulah Sungkar juga pernah menjabat Menlu NII. Tokoh-tokoh JI ini juga punya struktur di NII dan begitu ketahuan menjelma JAT. Jadi orangnya itu-itu juga,” ujar Harry.
Abu Omar ini diyakini membawahi dua kelompok besar yang dianggap paling aktif saat ini, yakni Abu Roban di bawah Majelis Mujahidin Indonesia Barat dan Santoso di bawah Majelis Mujahidin Indonesia Timur. Abu Roban telah tertembak mati sedangkan Santoso masih buron.
“Kelompok Abu Roban ini yang beraksi (fai) di Lampung, Jakarta, Bekasi, Jabar, Jateng, Jateng, dan Jatim. Dari sini terkumpul dana yang besar dan dana itu mengalir untuk melatih, merekrut, dan beraksi lagi. Latihannya di Poso dibawah Santoso dan Autad Rawa alias Sabar alias Daeng Koro. Dua orang itu berbahaya,” ungkap Ansyad.
Munculnya kedua nama itu, karena lumpuhnya JI semenjak tertangkapnya sejumlah pentolan mereka. Seperti Noordin M. Top yang tertembak mati sejak 2009, lalu Umar Patek, dan Dul Matin.
“Umar Patek dan Dul Matin yang sempat bersembunyi di Minadanao ini kan lalu masuk kembali ke Indonesia dan mereka sepakat reuni (membuat pelatihan militer) di Aceh. Siapa yang menggerakan ini semua ya ujung-ujungnya Abu Bakar Ba’asyir. Maka Ba’asyir kena telak penjara 15 tahun, “ sambung Ansyad.
Setelah pelatihan Aceh tercium polisi dan jaringan mereka diobrak-abrik, maka mereka kemudian melakukan fai dengan merampok bank CIMB Medan dan melakukan penyerangan Polsek Hamparan Perak.
“Nah dari sini sebagian ke Jakata dan di Jakarta lebih berkembang lalu muncul gagasan untuk membuat pusat pelatihan di Poso yang disponsori NII-nya Abu Omar itu. Abu Omar ini adalah ayah tiri Farhan yang (menembak polisi) di Solo. Di dalam NII Abu Omar ini juga ada kelompok Kodrat,” tambahnya.
Di Poso, Ansyad melanjutkan, kelompok yang datang berlatih datang dari Solo, Jatim, dan Bima, NTB. Ada juga yang datang dari Makassar dan Ambon.
Penulis: Farouk Arnaz/MUT